Nick Woodman (Go Pro), Miliarder Baru Yang Memulai Bisnisnya dari Bali

Quote:
Nick Woodman kini menjadi miliarder baru setelah perusahaannya, GoPro, mencetak nilai lebih dari US$ 2 miliar. Perusahaan ini sukses memproduksi serta memperdagangkan paket kamera mini dengan pengikat tubuh untuk mengabadikan momen-momen spektakuler olahraga ekstrim. Kabarnya, Woodman mengawali bisnis ini setelah berselancar di Bali, Indonesia.

Bagaimana Woodman memulai bisnisnya?

Sebelum mendirikan GoPro, Woodman bisa dibilang pebisnis yang gagal. Pria kelahiran California Amerika Serikat 36 tahun lalu ini sempat mendirikan perusahaan start-up teknologi bernama Fun Bug. Dilatar belakangi ijazah desain grafis dan seni dari Unversitas California San Diego, Woodman berniat menjadikan Fun Bug sebagai developer game online.

Namun rencana ini gagal karena Fun Bug tak kunjung berkembang. Game buatan Woodman dan beberapa kawannya jeblok di pasaran. Ia pun harus menutup Fun Bug dan mengembalikan duit jutaan dolar yang digunakan sebagai modal.

Di tengah keputusasaan, Woodman pergi bertualang. Pada 2002, dia menjajal pantai-pantai di Australia dan Indonesia untuk berselancar. Di Bali, ia bertemu dengan beberapa surfer yang mengaku kerepotan untuk mengabadikan adegan-adegan menantang saat melalap ombak besar. Mereka mengikatkan kamera ke tubuh, namun benda itu kerap terlepas saat diterjang ombak.

Woodman pun berpikir untuk menciptakan kamera plus pengikat tubuh yang pas untuk para surfer, dan pecinta olahraga ekstrem lain. Namun ia tak punya modal.

Saat melihat kalung, sabuk dan kerajinan lain yang terbuat dari kerang di salah satu pasar di Bali, Woodman mendapat ide. Dia memborong barang-barang tersebut dengan harga murah dan menjualnya kembali dengan banderol eksklusif di Amerika.

Sebagai contoh, Woodman membeli kalung kerang seharga US$ 2 dan menjualnya dengan banderol US$ 60. Barang-barang tersebut laku keras dan Woodman bolak-balik mengordernya ke Bali hingga bisa mengumpulkan duit US$ 10 ribu.

Dengan uang itu, plus pinjaman US$ 35 ribu dari ibunya, Woodman mulai memproduksi kamera dan pengikat tubuh khusus untuk olahraga ekstrem. Di bawah merk GoPro, dia menjajakan barang tersebut di lingkungan terbatas. Kesuksesan mulai datang saat sebuah perusahaan Jepang memesan 100 paket kamera Woodman untuk acara pameran produk olahraga.

Kini, kamera GoPro seharga US$ 300 per paket tersebut laris manis diborong para pembalap, penerjun payung, peselancar serta peminat olahraga ekstrem non-profesional. Dengan GoPro, Woodman kini menjadi kaya raya.


Berita Lain
Miliarder BaruQuote:
Spoilerfor Nick Woodman
Di jaman modern ini, tak selamanya miliarder berasal dari profesi-profesi formal seperti investor, dokter, insinyur, atau ahli komputer. Jika sungguh-sungguh, menjadikan hobi sebagai profesi bisa mendatangkan banyak rejeki.

Seperti yang dilakukan Nick Woodman. Peselancar berusia 36 tahun ini sukses menjadi miliarder setelah mendirikan perusahaan pembuat kamera kompak, GoPro. GoPro laris manis lantaran bisa memproyeksikan gambar berkecepatan tinggi dengan resolusi yang menakjubkan. Kamera kecil yang bisa dipasang di kepala, lengan atau badan ini cocok digunakan para atlet atau pecinta olahraga ekstrem.

Woodman pun semakin kaya lantaran 8,88 persen sahamnya diakuisisi oleh Foxconn senilai US$ 200 juta atau Rp 1,93 triliun pada pekan ketiga Desember 2012. Majalah ekonomi Forbes mengabarkan, Woodman pun menjadi miliarder setelah menguasai 51 persen saham GoPro senilai US$ 1,15 miliar!

Kesuksesan Woodman tak lepas dari hobinya akan olahraga ekstrem. Dia menciptakan GoPro, kamera kecil beresolusi tinggi lengkap dengan tali pengikat ke bagian tubuh, lantaran terinspirasi keinginan rekan-rekannya untuk menciptakan video saat mereka beraksi. Baik berselancar, terjun payung, bungee jumping atau balap mobil.

"Mereka nekat menciptakan kamera plus tali pengikat abal-abal, namun akhirnya lepas saat beraksi," ujarnya seperti dikutip dari Inc.

Di bawah bendera GoPro, pada 2004 Woodman menciptakan tali pengikat berbahan campuran karet dan tekstil dengan sistem ikatan khusus yang tak mengganggu gerakan. Tali itu lantas digunakan untuk mengikat kamera kecil dengan posisi yang bisa disesuaikan dengan keinginan si pemakai.

Awalnya produk tali Woodman dan kamera kecil buatan beberapa pabrikan di Amerika dijual seharga US$ 200 per paket. Namun karena kurang promosi, produk itu tak terlalu laris. Kesuksesan mulai datang saat sebuah perusahaan Jepang memesan 100 paket kamera Woodman untuk acara pameran produk olahraga.

Sejak saat itu, Woodman berupaya merancang kamera dan dudukannya sendiri. Kamera seharga US$ 300 per paket tersebut laris manis diborong para pembalap, penerjun payung, peselancar serta peminat olahraga ekstrem non-profesional. Dengan GoPro, Woodman kini menjadi kaya raya dan bisa menghidupi 150 pegawai.
http://plasadana.com/detail.php?id=3620

0 komentar:

Posting Komentar